Senin, 12 Agustus 2019

Model Pendidikan Terbaik



Bismillaah

MODEL PENDIDIKAN TERBAIK

Sukses. Satu kata yang diimpikan setiap orang tua untuk anak-anaknya.
Sebagian kita menjadikan banyaknya harta sebagai parameter sukses. Punya mobil, rumah, villa, berpenghasilan besar, liburan keluar negeri, dll, mimpi nanti saat anaknya sukses. 
Sebagian yang lain sukses diukur dari tingginya jabatan. Menjadi PNS eselon empat, menjadi gubernur, sebagai direktur, general manager, dll, mimpi nanti saat anaknya sukses.
Sementara keluarga yang lain memandang sukses dicapai nanti pada kehidupan setelah kematian, namanya surga. Saat masih hidup sukses sudah dirasa cukup dengan melihat anak-anaknya itu memiliki hafalan Qur'an, hadist dan berakhlak baik. Harta hanya bonus.

Apapun parameter kesuksesan kita bagi anak-anak kita itu, bekalnya hanya satu. Pasti ialah ilmu.
Meski cita-cita mereka sekedar menjadi youtuber, selebgram, atau influencer, tetap butuh ilmu. Minimal editing foto, video dan terampil berkomunikasi.

Sekolah sebagai media formil dalam menuntut ilmu menghadapi tantangan yang besar sejak dulu dan semakin besar zaman ini. Tantangan untuk mempersiapkan anak-anak meraih kesuksesannya.

Model pendidikan konvensional yang masih dipertahankan pada sistem pendidikan nasional saat ini dengan mengajarkan anak banyak mata pelajaran sejak sekolah dasar hingga menengah atas menyisakan tanda tanya besar kaitan sekolah dan kesuksesan. Tanda tanya yang berasal dari problem moral yang tidak terjawab dan kesenjangan kompetensi dengan dunia Industri.

Model pendidikan full day mengundang kontroversi karena menghilangkan waktu bermain anak, menghabiskan energi mereka untuk belajar hal-hal lain di luar sekolah dan melenyapkan kegembiraan dunia anak.
Namun di sisi lain, masyarakat juga menghadapi dilema dengan dampak negatif dari kemajuan teknologi yang mengancam keluhuran nilai-nilai dalam keluarga. Kecanduan pornografi, keterasingan sosial, perilaku tidak bertanggung jawab, merupakan fenomena perilaku yang mudah dijumpai pada generasi yang sudah akrab dengan medsos dan gadget sejak usia dini. Keakraban yang terjadi karena kesalahan dalam memanfaatkan waktu setelah sekolah.

Kita memerlukan sebuah model pendidikan yang mampu mengembangkan potensi anak, menghindarkan mereka dari keburukan teknologi, menanamkan nilai-nilai moral religius, sekaligus mempertahankan kegembiraan yang melekat dalam dirinya. Dengan model seperti itu anak dipersiapkan untuk menyambut kesuksesannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengulang - Mengaitkan Mata Rantai Proses Pembelajaran

Foto: selvi-aldriani.blogspot.com Belajar pada hakikatnya adalah mengulang-ulang bahan yang dipelajari (Sumardi Suryabrata, Psikolog...

Artikel Populer